Jumat, 24 Mei 2013

       Yamaha Jupiter-Z, Kompresi Besar Modal Rebut Point


Herman Bass joki dari Kaboci Brutal YPRT AST NHK FDR ‘kesetanan’ ketika menggeber Yamaha Jupiter-Z lansiran 2008. Pasalnya doi ngotot ingin merebut dan mempertahankan poin di ajang balapan motor bergengsi bertajuk KYT FDR Motoprix region 5 yang berlangsung di sirkuit Terminal Lumpue, Parepare, Sulawesi Selatan.

“Di seri ketiga Motoprix ini, saya memang punya target untuk mempertahan posisi yang sekarang berada di posisi dua. Kalau bisa sih dapat point tertinggi,” buka pembalap asli Parepare ini.

Bak gayung bersambut, ternyata keinginan Herman Bass disambut positif oleh Syafarudin sang mekanik kondang yang bisa meracik Jupiter-Z jadi kencang. Wuusszzhh...

Rasio kompresi mesin dibikin besar. Yaitu, 14 : 1. Tujuannya, agar power mesin terasa dari putaran bawah sampai atas dengan mengandalkan bahan bakar bensol.

“Kompresi ini juga disesuaikan dengan sirkuit yang memaksa pembalap menggeber motornya dari awal hingga atas,” bilang Syafarudin yang punya nama ‘panggung’ Acos. Kompresi itu dihasilkan dari piston berukuran 52 mm milik Daytona.

Selain itu durasi kem in dibikin 282 derajat dan ex 273 derajat. Sementara rocker arm menggunakan model roller. Tujuannya, “Agar putarannya lebih cepat dan buka-tutup klepnya lebih cepat maka rocker arm diberi roller,” bilang mekanik asli Makasar ini.

Sebenarnya, bukan cuma cepat. Tetapi, pemakaian pelatuk model roller ini mampu mengatasi friksi berlebih di bagian kepala silinder. Jadi, suhu mesin tak cepat panas juga.

Agar motor lebih ngacir, gigi rasio pada gigi satu dibikin 13/35 mata. Sedangkan di gigi II, 16/29 mata. Gigi III, sengaja dibikin standar dan gigi IV bermain di angka 20/22 mata. “Dengan perbandingan gigi rasio segitu, bisa mendapatkan top speed lebih cepat,” kata Acos.

Pemasok gas bakar, dipilih karbu Mikuni TM 24 mm. Main jet 150 dan pilot jet 35. “Ukurannya pas untuk di sirkuit ini,” beber Acos. Usaha yang dilakukan Acos ternyata tidak sia-sia, Herman Bass mampu meraih podium pertama. Otomatis, total point terbanyak sementara mampu diraih Herman. Congrazt.    


DATA MODIFIKASI
Ban depan : FDR 90/80-17
Ban belakang : FDR 90/80-17
Knalpot  : Criempie
CDI : Rextor Pro Drag
Sok belakang:Triple S

                  Yamaha Jupiter-Z, Kejar Power Teratur

Bermain di Kejurnas MotoPrix Region 2 seri II, Purwokerto, Jawa Tengah lalu, pacuan Sulung Giwa terlihat stabil. Pembalap andalan Yamaha Yamalube NHK 3M FDR Ridlatama (YYN3FR) teratur mengumpan power dari mesin ke roda belakang. Padahal, posisi start hanya pada grid ke-4.

Artinya, ada tiga pembalap di depannya, dengan kecepatan yang lebih baik. Apalagi sempat fight dengan Willy Hammer dari tim Honda Rinjani MPM NHK Kawahara, lebih dari setengah race yang keliling 20 putaran sirkuit GOR Satria Purwokerto. Ternyata, kuncinya mengatur tenaga optimal untuk sirkuit yang berakter high speed ini.

Sirkuit GOR Satria memiliki karakter yang unik. Dengan jarak 1 kilometer, tetapi dihiasi 10 tikungan. Iya, tikungan ke kanan dan ke kiri juga dong. Walaupun punya trek yang tak terlalu lebar, namun bertipikal rolling speed. Hanya satu chicane yang cukup memperlambat laju kuda besi balap.

“Makanya, saya fokus putaran menengah dan atas. Akselerasi atau power bawah sedikit dikorbankan. Namun mesin awet dengan rasio kompresi 13,5 : 1,” buka Widya Krida Laksana, tukang korek mesin andalan YYN3FR.

Gebukan kompresi yang dibakar bensol ini ditahan oleh piston Daytona berdiameter 55,25 mm. Komposisi ini pas untuk kelas MP1 yang boleh bore up untuk pacuan 125 cc seeded. Kan aslinya Jupiter-Z hanya 110 cc.
Tak heran kalau power terlihat halus setiap keluar tikungan. Karakter Sulung Giwa yang cenderung seradak-seruduk, mampu mengikuti ritme dan karakter sirkuit. Caranya, karburator diseting sedikit basah dengan komposisi pilot jet 62 dan main jet 118 yang disemburkan Keihin PWK Sudco 28 mm.

Apalagi race MP1 alias 125 seeded ini start pada siang hari. Yaitu, pukul 13.30 WIB dengan cuaca terik matahari yang lagi lucu-lucunya. Wajar kalau butuh setingan karbu basah.

“Jika karbunya diseting kering, mesin bakal teriak dengan kehabisan power. Yang bahaya, mesin bisa-bisa overheat dengan resiko piston macet,” yakin Gendut saapaan gaul mekanik muda ini.

“Untuk noken as, masih seperti korekan lama dengan lift klep dibuat 9,4 mm. Tapi, racikan paling mujarab, ada pada kombinasi rasio. Gigi I, 13/33 mata. Gigi II, 18/32 mata. Gigi III, tetap pakai standar dan gigi IV main di 21/24 mata,” jelas Gendut yang giginya kering karena Sulung juara. Senyum terus sih. Ha,ha,ha...

Racikan rasio tersebut, membuat lengkingan mesin tidak menjerit kehabisan power. Tapi, tetap melaju halus dengan final gear 14/42 mata sesuai permintaan power mesin yang stabil.


DATA MODIFIKASI
Ban : FDR MP 76 90/80-17
Pelek : SSS 1,60 x 17
Sok belakang: Penske
Klep: Sonic
Karbu : Keihin PWK Sudco 28
 

Rabu, 03 Oktober 2012


               Pasang Ring Piston, Perhatikan Ciri Fisik

 
 Susunan agar tak bocor kompresi
Pasang ring di alur kepala piston memang mudah. Cuma biar gampang, part terdiri dari 3 ring di mesin 4-tak atau 2 ring di mesin 2-ketuk, tetap ada aturan. Jangan sampai terbalik susunan atau posisinya yang berakibat fatal.

“Paling rawan saat pasang ring kompresi yang terdiri dari dua macam ring. Pertama paling atas, lalu ring kompresi kedua adanya di tengah antara ring kompresi pertama dengan ring oli,” ujar Syahbani alias Ujang Bani, mekanik Bany Motor.

Ring kompresi pertama agak terang dibanding ring kedua. Tugasnya menahan kompresi, juga menyalurkan panas pembakaran. Pasangnya yang ada tulisan menghadap ke atas. Kalau ada tirus di bagian dalam, tirusnya menghadap atas.

Sedang ring kompresi kedua, biasanya warna fisik agak gelap. Bentuk lingkar luar atau bibir samping ring kompresi biasanya meruncing di bawah. “Tugasnya menyapu pelumas di permukaan liner. Juga tidak bikin kotoran menumpuk di bawah ring. Makanya jangan sampai terbalik.

 Beda warna juga bentuk fisik
Berikutnya pasang ring ketiga atau ring oli. Terdiri dari susunan ring tipis atas (rel samping), ring gelombag (pengantar) dan diapit lagi ring tipis bawah. Tugas ring oli memberi pelumas pada liner, juga menyekap oli yang terlalu banyak di liner.

Setelah ring dipasang ke seher dengan tahap susuan ring oli pertama kali, disusul ring kompresi kedua dan pertama, langkah berikut mengatur posisi celah ring di alur piston. Tujuannya meminimalisasi kebocoran kompresi bila gap ring tersusun satu garis.

“Posisi gap yang tepat harusnya berjarak 120 derajat dar titik nol (0). Khusus ring oli, dari jarak gap asli ring tipis atas-bawah mesti digeser sekitar 20mm ke kanan dan ke kiri,

Rabu, 08 Agustus 2012


Yamaha Jupiter-Z, Jawara ARRC di 2 Race Sekaligus

Hadi Wijaya berjaya di Asia Road Race Championship (ARRC) putaran ke dua, di Sirkuit Sentul pada 17 Juni 2012 lalu. Hadi berhasil membawa kemenangan untuk team Yamaha Yamalube KYT R9 Tunggal Jaya. Dua kali naik podium 1, di race 1 dan race 2.

Yamaha Jupiter-Z keluaran 2007 ini, berhasil meraih 2 kali podium juara. Tentu saja dibalik kemenangan Hadi Wijaya ini, berkat motor racikan tangan dingin sang mekanik sekelas Hawadis. “Penggunan bahan bakar Petronas yang sudah menjadi keharusan di kelas ARRC kudu banyak penyesuaian,“ kata pria berkumis itu.

Karena kadar oktan Petronas lebih rendah dibanding bensol, rasio kompresi dibuat lebih rendah juga. Kalo biasanya ketika menggunakan bensol kompresinya bisa mencapai 13,4 : 1 atau 13,5 : 1, namun ini kali dibikin jadi 12,9 : 1.
Logikanya, bensin oktan rendah tidak tahan kompresi atau tekanan. Supaya mesin tidak ngelitik lantaran pree-ignition, kompresi diturunkan

Meski rasio kompresi dan bahan bakar berbeda, namun asupan gas bakar masih tetap. “Tidak ada kenaikan atau penurunan spuyer. Pakai karburator Mikuni TM 28 dibekali pilot-jet 27,5 dan main-jet 150,” jelas Hawadis.

Untuk pengapian, Hawadis menggunakan CDI BRT I-Max dan 1 set magnet Yamaha YZ125 beserta koilnya. Derajat atau timing pengapian digeser lebih retard karena bahan bakar oktan rendah.
Bahan bakar oktan rendah punya karakter mudah terbakar. Waktu penyalaan juga lebih singkat. Makanya derajat pengapian juga kudu dibikin lebih dekat TMA (Titik Mati Atas).

Agar bisa melalap trek panjang, Hawadis menanamkan rasio gigi 1 (13/36), gigi 2 (16/29), gigi 3 masih menggunakan standar dan gigi 4 (20/23). Membuat pembalap asal Singkawang, Kalimantan Barat memimpin kelasemen underbone 115 cc.

Rabu, 20 Juni 2012


Bore Up Silinder Jupiter-Z? Ikuti Dengan Bore Up Knalpot!

 
 Diameter lubang dudukan knalpot diperbesar biar lubang exhaust juga bisa diporting lebih besar
Pasca bore up liner silinder Yamaha Jupiter-Z hingga 200cc ke atas, kendalanya diameter lubang exhaust justru menyempit. Apalagi jika pasang payung klep aftermarket yang rata-rata diameter 34/28 atau 34/30. Akibatnya aliran gas buang nggak lancar akibat tercekik.

“Itu karena diameter lubang exhaust standar Jupiter-Z cuma 20mm. Kalaupun bisa diporting, paling gede diameternya cuma sampai 25mm. Sebab lingkar luar pipa knalpot aftermarket rata-rata berdiameter 28mm,” ucap Chandra Soepandi pemilik bengkel bubut Master Tjendana.

Biar aliran sisa gas bakar makin lancar dilepas knalpot mesin kapasitas besar, Chandra kini punya solusi. Yang dilakukan membesarkan diameter lubang dudukan knalpot asli. Sehingga pipa knalpot besar bisa dipasang. Juga bisa bikin gede diameter exhaust.

Keuntungan bore up pakai metode ini karena sisa gas bakar dilepas sempurna. “Apalagi menurut buku panduan korek karangan Abraham Bell, biar nggak ada hambatan aliran di ruang bakar mestinya lubang knalpot harus lebih besar dari diameter lubang exhaust,” imbuh si necis.

Atas dasar itu, Chandra coba modifikasi seputar lubang dudukan knalpot di head Jupiter-Z. Lubang asli diameter kecil, dibantu mesin bubut jadi lebih besar.

Pembesaran lubang dudukan knalpot tetap pada posisi lingkar asli. Tidak miring kanan, kiri, atas atau bawah. Saat pasang knalpot aftermarket pipa lebih besar, kedua baut bisa dipasang mengikat penjepit pipa knalpot tanpa ragu.

“Besarnya lingkar luar bisa untuk knalpot diameter 32mm, sehingga lubang exhaust bisa diporting mulai diameter 25mm hingga 28mm. Ukuran menyesuaikan mau mekanik peracik mesin,” lanjut Chandra yang patok harga modifikasi ini Rp 300 sudah termasuk paking albronze.

Selain ubah lubang dudukan knalpot, Chandra juga punya knalpot aftermarket dimeter 32mm. Wah!



Albronze Kurangi Turbulensi

Mengurangi turbulensi di antara lubang exhaust dan pipa knalpot pasca pembesaran lubang dudukan knalpot, Chandra juga melengkapi ubahan ini dengan memasang paking tambahan yang bukan dari material biasanya. Sehingga sisa gas bakar yang dialiran melalui lubang exhaust. Benar-benar lancar tanpa tekanan berarti.

Kali ini meterial dasar paking atau penutup celah agar tidak bocor yang tepat adalah bahan albronze. Sehingga meski sudah terjepit oleh knalpot, namun kondisi paking masih tepat alias tidak bergeser pada posisinya. Sehingga diyakini tidak ada lekukan pada paking yang bisa menyebabkan turbulensi.

“Kalau gunakan paking biasa, takutnya saat dijepit knalpot malah jadi gepeng hingga meneyebabkan terjadi penyempitan. Aliran gas buang pun malah bisa nggak lancar,” wanti Chadra dari Jl. Pagarsih. No. 146, Bandung

Rumus Ukur Rasio Kompresi


Sering
 bicara kompresi, tapi tidak tahu angkanya dari mana.  Itu sih sama aja bohong. Untuk tahu kompresi caranya gampang.

Tapi, kudu punya buret atau alat ukur cairan. Kalau susah mencarinya beli saja suntikan buat tinta printer.

Posisikan piston sedang top atau TMA (Titik Mati Atas). Kemudian celah piston dengan boring ditambal gemuk. Baru deh pasang kepala silindernya.

Posisikan mesin berdiri dan suntikkan oli sokbreker atau oli samping. Dari situ akan ketahuan berapa cc isi ruang bakarnya. Misalnya volume ruang bakar (Vrb) 10 cc.

Juga mesti tahu volume silinder. Misalnya volume silinder (Vs) hasil bore up 130 cc. Berarti rasio kompresi (Rk) yaitu:

             Vs + Vrb  

Rk =  --------------

                Vrb

          130 cc + 10 cc

Rk = -------------------  =  14

                  10 cc

Jadi, rasio kompresinya 14 : 1. Sangat tinggi sekali, biar rendah, jenongnya piston dikurangi lagi agar isi ruang bakar bisa gede